Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro menyelenggarakan webinar bertajuk Understanding Terrorism: A Closer Look at Frameworks, Database, and Recent Studies pada hari Kamis, 15 April 2021. Webinar ini menghadirkan pembicara tamu yakni Assistant Prof. Margherita Belgioloso, Ph.D (Schools of Politics and International Relation at The University of Kent, Canterbury) serta dipandu Andi Akhmad Basith Dir,S.I.P., MA.,MEI (Staff Pengajar Departemen Hubungan Internasional FISIP Undip) sebagai moderator.
Acara ini dibuka dengan penyampaian pesan dari Dekan FISIP Undip, Dr. Drs. Hadi Warsono tentang urgensi pemahaman fenomena yang masih kerap terjadi, yakni tindak terorisme. Selanjutnya, webinar diisi oleh sesi penyampaian tentang hasil penelitian Assistant Prof. Margherita Belgioloso mengenai definsi terorisme serta tren perkembangan di Indonesia yang muncul terutama sejak tahun 2000 hingga satu dekade setelahnya. Beliau memberikan sebuah pemaparan dan overview bahwa tindak terorisme sulit diartikan dalam sebuah definisi yang tunggal dan padu, serta diterima oleh seluruh kalangan aktor di berbagai negara. Dalam beberapa argumennya, sifat dari tindak terorisme ialah unik, tujuan dan orientasi masing-masing kelompok tidak bisa disamakan. Namun dengan adanya survei tentang terorisme dan aktivitas yang berasosiasi, Mrs. Margherita menyimpulkan lima poin referensi. Lima poin tersebut ialah bahwa terorsime; (a) bersifat non-state actor, (b) bertujuan untuk mengubah kebijakan negara/ daerah, (c) targetnya ialah masyarakat umum, (d) cara yang digunakan ialah sebuah ancaman dan kekerasan, (e) mendesak para pengambil kebijakan atau elektoral untuk berlaku sesuai keinginan kelompok teroris tertentu.
Dalam sebuah pendekatan yang disampaikan Mrs. Margherita, tindak terorisme dapat digolongkan ke dalam sebuah kejahatan politik. Guna memahami hal ini maka terdapat pengukuran spectrum assymetry of terrorism. Hasil yang ditemukan ialah bahwa tindak terorisme berada diantara mass shooting dan pemberontakan dan pelakunya ialah kelompok bersenjata yang terlatih. Penelitian lebih lanjut menurutnya, ialah pendekatan holistik sebaiknya harus diupayakan oleh lembaga pemberantas terorisme pada tiap-tiap kelompok yang bermunculan pada setiap periodenya. Dengan menggunakan rational choice theory, meluruskan irasionalitas tindak terorisme yang terus bermunculan ternyata memiliki beberapa titik kelemahan. Maka dari itu, beliau tengah menguji beberapa variabel tertentu seperti keterlibatan perempuan sebagai bentuk implementasi gender stereotype dalam kelompok terrorrisme. Kesimpulan dari sesi pemaparan penelitian beserta sesi tanya jawab memberikan sebuah tindak kejahatan terorisme masih menyimpan tabir untuk diteliti. Di dalamnya mengandung ranah keterkaitan sistem pendidikan agama di masyrakat tertentu, peran gender, serta kekuatan jaringan kelompok bersifat internasional yang mampu memepengaruhi gerakan-gerakan lokal di Indonesia.
Penulis: Herdiani
Download Pamflet Disini
Recent Comments